Film Mosonggi di Apresiasi Secara Luas, Akankah Ada Sekuelnya?

Kendari – Film Mosonggi sebuah karya lokal anak Sulawesi Tenggara diapresiasi oleh masyarakat luas setelah tayang perdana pada di bioskop Hollywood Square di Kendari (04/01/2024).

Apresiasi tidak hanya datang dari tokoh masyarakat Tolaki, namun juga dari penonton yang meramaikan pemutaran perdana film tersebut di bioskop.

Walaupun film ini mengangkat kisah budaya lokal, namun film komedi romantis ini berhasil membuat penonton tertawa terpingkal pingkal oleh kejenakaan para pemeran film Mosonggi. Setiap adegan penuh dengan humor yang membuat atmosfer bioskop menjadi riuh.

Alur film Mosonggi ini menceritakan kisah cinta anak muda lokal La Nggai yang diperankan oleh Ovil Putra, seorang mahasiswa asal Sulawesi Tenggara yang bekerja sebagai tukang ojek online dan Nurmiati (Nanda Nur Ariska), seorang mahasiswi kedokteran dari keluarga kaya yang hobi makan Sinonggi.

Dalam film ini, La Nggai yang berasal dari suku Buton tidak menyukai Sinonggi. Hubungan mereka pun ditentang oleh orang tua Nurmiati yang ternyata seorang pengusaha sagu (Bahan baku Sinonggi).

Baca Juga: Sosok Raja Konawe ke-34 Dr. H. Lukman Abunawas, S.H, M.Si

Tantangan di film ini pun muncul ketika La Nggai harus memasak Sinonggi, makanan khas suku Tolaki ini untuk memenangkan hati Nurmiati.

Muharam, produser pelaksana film Mosonggi, menyatakan bahwa semua yang terlibat dalam proyek ini adalah warga asli Sulawesi Tenggara. Pemeran utama dan kru film ini berasal dari daerah tersebut, menciptakan karya yang benar-benar mencerminkan keberagaman budaya setempat.

Selain Muharam, dalam pemutaran perdana film ini turut pula dihadiri oleh para pemeran utama film Mosonggi.

“Semua pemeran utama dalam film ini asli anak-anak Sulawesi Tenggara. Kru juga dari Sulawesi Tenggara, bahkan saya pun anak Sulawesi Tenggara,” ucap Muharam pada awak media yang turut hadir pada pemutaran perdana film Mosonggi.

Rusmin Abdul Gani, Ketua Himpunan Pengusaha Tolaki mengatakan bahwa Mosonggi berhasil menyatukan suku-suku di Sulawesi Tenggara. Alur cerita dalam film ini terbukti makin mengakrabkan hubungan antar suku di wilayah Sultra.

Baca Juga: Angka Inflasi di Sulawesi Tenggara Turun Menjadi 2,58 Persen

“Seperti di dalam film tersebut, suku Buton, Wolio, Tolaki dan Papua itu menandakan sagu itu bikin melengket. Jadi siapa pun yang pernah makan sinonggi itu, dia tidak akan pernah melupakannya,” ujar Rusmin.

Apresiasi juga datang dari Masyhur Masie Abunawas, Ketua Umum DPD Lembaga Adat Tolaki juga menyatakan apresiasinya terhadap film ini. Ia menyebutnya sebagai film persatuan suku-suku di Sulawesi Tenggara.

Dengan kesuksesan film Mosonggi ini maka kedepannya ada peluang untuk rilis Mosonggi II.

Tentu ini sebuah langkah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih lanjut bagi insan perfilman Sulawesi Tenggara dan Indonesia secara umum.

Cek Berita dan Artikel terbaru di Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *